Sabtu, 14 Februari 2015

Kebahagiaan sebagai Keinginan Perasaan

  Dalam dinamika hidup manusia senantiasa mengejar perasaan yang bersifat membahagiakan . Membahagiakan dalam arti dapat memberi kenikmatan ,dan kenikmatan pasti memberi kebahagiaan.Maka dapat terlihat implikasinya bahwa manusia dalam hidup ini senantiasa haus akan kebahagiaan. Bahkan dengan jalan apapun entah halal atau haram ditempuhnya demi sebuah kebahagiaan .
  Memburu kebahagiaan ini teraktuskan dalam berbagai bidang kehidupan baik politik,ekonomi,pendidikan,keluarga,dll . Karena telah disinggung dalam postingan sebelumnya bahwa penggunaan perasaan harus diiringi oleh penggunaan akal , maka dalam memburu kebahagiaan pun harus disertai oleh pertimbangan akal terlebih dahulu .
  Dapat kita saksikan diluar sana para pemburu kebahagiaan yang tidak mempertimbangkan dengan akalnya terlebih dahulu dalam pencapaiannya . Hasilnya timbullah perilaku yang buruk , yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Seks bebas dimana-mana,KKN,kriminalitas,dan lain sebagainya.
  Memang mengejar kebahagiaan itu wajar bagi seluruh manusia karena memberi rasa nikmat pada perasaan . Namun yang menjadi berbahaya jika memang pemenuhan kebahagiaan itu dilakukan dengan perilaku yang berkepentingan pribadi tanpa membpertimbangkan aspek yang lain . Segala bentuk perilaku baik itu hanya dapat dinilai dari seberapa dampak baik/buruk yang dihasilkan dari perilaku tersebut secara obyektifnya,bukan atas pengakuan masing-masing (subyektif) . Karena telah marak beberapa pemikiran yang menilai perilaku secara subyektif,yang padahal fakta obyektif itu tidak bisa dilawan meski dinilai secara subyektif . Bagaimanapun kita mengkhayal bahwa langit berwarna pink,tetap realitasnya langit berwarna biru,kebenarannya adalah berwarna biru .
  Ini justru yang dikhawatirkan, Karl Marx pun mengungkapkan bahwa manusia memiliki sifat yang subyektif dan berkepentingan . Segala apa yang dilakukan manusia pasti didasarkan atas kepentingan. Kebanyakan dari kepentingan itu memang bersifat pribadi,karena kepentingan untuk mendapatkan kebahagiaan,kebahagiaan untuk diri sendiri,bukan untuk orang lain . Secara alamiah manusia pasti menginginkan dirinya sendiri untuk bahagia terlebih dahulu dibandingkan orang lain.
  Hikmah yang dapat diambil dari kutipan diatas yaitu bahwa manusia dalam mengejar kebahagiaan namun tetap mempertimbangkan aspek lain,bukan hanya haus mengejar kebahagiaan untuk pribadi tanpa peduli terhadap perasaan orang lain .